Prinsip-Prinsip
Dasar Logika
Pikiran adalah benda kodrat, maka
berlaku juga hukum-hukum yang mengikat semua benda kodrat, semua ada khusus
(semua beings). Hukum-hukum tadi adalah pangkalan yang tidak boleh dan tidak
dapat diabaikan. Apabila orang mengabaikannya, hanya kekacauanlah yang akan
didapat. Prinsip-prinsip ini juga disebut prinsip-prinsip formal Karena
merupakan prinsip-prinsip yang menjamin terlaksananya proses pemikiran dengan
benar.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip-prinsip
dasar karena prinsip-prinsip tersebut demikian bersahaja, mudah dan cepat
dilihat. Dengan membandingkan suatu benda dengan dirinya sendiri atau dengan
membandingkan ada khusus dan bukan khusus dengan sangat mudah.
Prinsip-prinsip dasar logika ada empat yang terdiri
atas tiga prinsip dari Aristoteles dan satu prinsip dari George Leibnez seorang
filsuf di Jerman.Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
Principium
Identitatis (prinsip identitas)
Prinsip
identitas merupakan dasar dari semua pemikiran. Artinya prngakuan bahwa benda
ini adalah benda ini, bukan benda lain. Disimbolkan dengan A=A. Contoh:
Mahasiswa akan sama dengan mahasiswa.
2.
Principium
Contracditionis (prinsip kontradiksi/pembatalan)
Prinsip
ini merupakan rumusan negatif dari prinsip identitas. Yaitu suatu prnyataan
tidak mungkin mempuyai nilai benar dan tidak benar pada saat yag sama. Disimbolkan
dengan A#-A. Contoh: seorang mahasiswa (pada saat yang bersamaan) cemerlang dan
tidak cemerlang dalam matematika, meskipun bisa jadi ia cemerlang dalam
aljabar, tetapi tidak cemerlang dalam bahasa
3.
Principium
Exclusi tertii (prinsip eksklusi tertii)
Prinsip
ini merupakan penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan
ketiga. Disimbolkan dengan A#A dan –A. Contoh: Seorang intelektual dalam satu
waktu tidak mungkin menjadi seorang preman sekaligus (bersamaan)
4.
Principium
Rationis Sufficientis (prinsip cukup alasan)
Prinsip
ini merupakan suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu mestilah
berdasarkan alas an yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa
sebab-sebab yang mencukupi. Contoh: Mahasiswa ketika memilih STAIN sebagai
tempat untuk belajar, maka pasti dia memiliki cukup alas an untuk itu.
alhamdulillah terimakasih ilmunya :)
BalasHapussumbernya dari mna
BalasHapusMakasih banget penulis
BalasHapus